Monday 18 November 2013

Sabar menahan marah

SABAR..Sesiapa yg tengah menahan kemarahan atau rasa2 temperature dah takat danger nak maki org, baca artikel ni..

Siapa yang menahan marah, padahal ia dapat memuaskannya (melampiaskannya), maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk. Kemudian, disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya." (HR. Abu Dawud - At-Tirmidzi)

Tingkat keteguhan seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup memang berbeda-beda. Ada yang mampu menghadapi persoalan yang sedemikian sulit dengan perasaan tenang. Namun, ada pula orang yang menghadapi persoalan kecil saja ditanggapinya dengan begitu berat. Semuanya bergantung pada kekuatan ma'nawiyah (keimananan) seseorang.

Pada dasarnya, tabiat manusia yang beragam: keras dan tenang, cepat dan lambat, bersih dan kotor, berhubungan erat dengan keteguhan dan kesabarannya saat berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki keteguhan iman akan menyelurusi lorong-lorong hati orang lain dengan respon pemaaf, tenang, dan lapang dada.

Adakalanya, kita bisa merasa begitu marah dengan seseorang yang menghina diri kita. Kemarahan kita begitu memuncak seolah jiwa kita terlempar dari kesadaran. Kita begitu merasa tidak mampu menerima penghinaan itu. Kecuali, dengan marah atau bahkan dengan cara menumpahkan darah. Na'udzubillah.

Menurut riwayat, ada seorang Baduwi datang menghadap Nabi saw. dengan maksud ingin meminta sesuatu pada beliau. Beliau memberinya, lalu bersabda, "Aku berbuat baik padamu." Badwi itu berkata, "Pemberianmu tidak bagus." Para sahabat merasa tersinggung, lalu mengerumuninya dengan kemarahan. Namun,Nabi memberi isyarat agar mereka bersabar.

Kemudian, Nabi saw. pulang ke rumah. Nabi kembali dengan membawa barang tambahan untuk diberikan ke Baduwi. Nabi bersabda pada Baduwi itu, "Aku berbuat baik padamu?" Baduwi itu berkata, "Ya, semoga Allah membalas kebaikan Tuan, keluarga dan kerabat."

Keesokan harinya, Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabat, "Nah,kalau pada waktu Baduwi itu berkata yang sekasar engkau dengar, kemudian engkau tidak bersabar lalu membunuhnya. Maka, ia pasti masuk neraka. Namun, karena saya bina dengan baik, maka ia selamat."

Beberapa hari setelah itu, si Baduwi mau diperintah untuk melaksanakan tugas penting yang berat sekalipun. Dia juga turut dalam medan jihad dan melaksanakan tugasnya dengan taat dan ridha.

Rasulullah saw. memberikan contoh kepada kita tentang berlapang dada. Ia tidak panik menghadapi kekasaran seorang Baduwi yang memang demikianlah karakternya. Kalau pun saat itu, dilakukan hukuman terhadap si Baduwi, tentu hal itu bukan kezhaliman. Namun, Rasulullah saw. tidak berbuat demikian. Beliau tetap sabar menghadapinya dan memberikan sikap yang ramah dan lemah lembut. Pada saat itulah, beliau saw. ingin menunjukkan pada kita bahwa kesabaran dan lapang dada lebih tinggi nilainya daripada harta benda apa pun. Harta, saat itu, ibarat sampah yang bertumpuk yang dipakai untuk suguhan unta yang ngamuk. Tentu saja, unta yang telah mendapatkan kebutuhannya akan dengan mudah dapat dijinakkan dan bisa digunakan untuk menempuh perjalan jauh.

Adakalanya, Rasulullah saw. juga marah. Namun, marahnya tidak melampaui batas kemuliaan. Itu pun ia lakukan bukan karena masalah pribadi. Melainkan, karena kehormatan agama Allah.

Rasulullah saw. bersabda, "Memaki-maki orang muslim adalah fasik (dosa), dan memeranginya adalah kufur (keluar dari Islam)." (HR. Bukhari)

Sabdanya pula, "Bukanlah seorang mukmin yang suka mencela, pengutuk,kata-katanya keji dan kotor." (HR. Turmudzi)

Seorang yang mampu mengendalikan nafsu ketika marahnya berontak, dan mampu menahan diri di kala mendapat ejekan. Maka, orang seperti inilah yang diharapkan menghasilkan kebaikan dan kebajikan bagi dirinya maupun masyarakatnya.

Seorang hakim yang tidak mampu menahan marahnya, tidak akan mampu memutuskan perkara dengan adil. Dan, seorang pemimpin yang mudah tersulut nafsu marahnya, tidak akan mampu memberikan jalan keluar bagi rakyatnya. Justru,ia akan senantiasa memunculkan permusuhan di masyarakatnya. Begitu pun pasangan suami-isteri yang tidak memiliki ketenangan jiwa. Ia tidak akan mampu melayarkan laju bahtera hidupnya. Karena, masing-masing tidak mampu memejamkan mata atas kesalahan kecil pasangannya.

Bagi orang yang imannya telah tumbuh dengan suburnya dalam dadanya. Maka, tumbuh pula sifat-sifat jiwa besarnya. Subur pula rasa kesadarannya dan kemurahan hatinya. Kesabarannya pun bertambah besar dalam menghadapi sesuatu masalah. Tidak mudah memarahi seseorang yang bersalah dengan begitu saja, sekalipun telah menjadi haknya.

Orang yang demikian, akan mampu menguasai dirinya, menahan amarahnya, mengekang lidahnya dari pembicaraan yang tidak patut. Wajib baginya, melatih diri dengan cara membersihkan dirinya dari penyakit-penyakit hati. Seperti, ujub dan takabur, riya, sum'ah, dusta, pengadu domba dan lain sebagainya. Dan menyertainya dengan amalan-amalan ibadah dan ketaatan kepada Allah, demi meningkatkan derajat yang tinggi di sisi Allah swt.

Dari Abdullah bin Shamit, Rasulullah saw. bersabda, "Apakah tiada lebih baik saya beritahukan tentang sesuatu yang dengannya Allah meninggikan gedung-gedung dan mengangkat derajat seseorang?" Para sahabat menjawab, "Baik, ya Rasulullah." Rasulullah saw bersabda, "Berlapang dadalah kamu terhadap orang yang membodohi kamu. Engkau suka memberi maaf kepada orang yang telah menganiaya kamu. Engkau suka memberi kepada orang yang tidak pernah memberikan sesuatu kepadamu. Dan, engkau mau bersilaturahim kepada orang yang telah memutuskan hubungan dengan engkau." (HR. Thabrani)

Sabdanya pula, "Bahwasanya seorang hamba apabila mengutuk kepada sesuatu, naiklah kutukan itu ke langit. Lalu, dikunci pintu langit-langit itu buatnya. Kemudian, turunlah kutukan itu ke bumi, lalu dikunci pula pintu-pintu bumi itu baginya. Kemudian, berkeliaranlah ia kekanan dan kekiri. Maka, apabila tidak mendapat tempat baru, ia pergi kepada yang dilaknat. Bila layak dilaknat (artinya kalau benar ia berhak mendapat laknat), tetapi apabila tidak layak, maka kembali kepada orang yang mengutuk (kembali ke alamat si pengutuk)." (HR. Abu Dawud).

Sumber: Rasullullah Suri Tauladan Kita.Indahnya menahan marah..

Melawat jiran sebelah

Hari ni aku melawat jiran sebelah. Bawak anak-anak 3 orang. Mula-mula aku bagi salam. Anak aku yang kedua bagi salam jugak. Tapi sambil menjerit, suaranya kuat betul. Hissh apa-apa an lah... Kami tengok baby. Jiran sebelah rumah aku ni bernama Lyana. Anaknya bernama Alisha Inara. Anaknya baru 3 minggu. Lyana masih study di UKM. Ambik Phd dalam bidang Marine Science. Bila sebut Marine Science ni, teringat pulak aku pada arwah adik aku yang ambik bidang yang sama di USM.

Sebenarnya pernah sebelum ni aku cuba untuk melawat Lyana. Tapi dah berkali-kali aku bagi salam, dia tak jawab. So aku pun ambik keputusan nak tunggu waktu yang sesuai, baru datang. Seronok tengok baby tadi. Anak-anak aku buat bising dalam rumahnya. Baby pulak lena di pangkuanku.

Baru pertama kali aku ke rumah jiran untuk melawat baby. Rasa kekok juga. Tapi aku beranikan diri. Aku berazam untuk jadi orang yang lebih baik untuk orang lain. 

Wednesday 6 November 2013

Kerdilnya diri

Hari ni google blog tentang pengalaman phd. Macam-macam cerita orang yang ambik phd ni. Ada yang senang, ada yang penuh dugaan dan ada juga yang sampai rasa nak quit. Kemudian, teringat juga masa aku ambik phd dulu. Ya, penuh dugaan dan beratnya beban di kepala. Selautan ilmu di dunia ni, hanya setitik yang digali namun kepayahannya sangat terasa. Sebenarnya ilmu semasa phd tu tak banyak mana pun. Bila baca journal, terasa kerdilnya diri. Banyaknya yang tak tahu. Nak cari ilmu lain, dah tak larat. Usia dah makin tua. Makin banyak yang lupa. Lagipun masa phd tu dah usaha yang maksimum. Sekarang, kepala dah tak boleh nak berusaha macam tu lagi. Agaknya, sebab tu banyak lecturer yang dah ada phd buat research berkenaan phd dia je sepanjang hayat. Tak study pasal benda lain pun. Balik-balik benda yang sama atau related je, itupun student buat.